Selasa, 10 Februari 2015

Kristina Webb : Remaja putri yang mengundang decak kagum karena karyanya

Berikut ini saya akan memposting karya karya dari Kristina Webb ...






Cerpen 2 lembar "Hikayat Bunga Kemuning"



Hikayat Bunga Kemuning
                Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik. Sang raja di kenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia selalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu ,sehingga anak sang raja di asuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri sang raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain didanau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka .
                Kesepuluh putri itu dinamai dengan nama-nama warna. Putri sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga,Puteri Nila,Puteri Hijau,Puteri Kelabu, Puteri Oranye,Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning. Baju yang mereka pakai pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan itu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu, Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh dari pada kakak-kakaknya.
                Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. “Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?”tanya raja.”Aku ingin perhiasan yang mahal .”kata Puteri Jambon.”Aku mau kain sutera yang berkilau-kilau,”kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain hal nya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak , lalu ia memegang lengan ayahnya.”Ayah aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,”katanya. Kakak-kakanya tertawa dan mencemoohkannya. “Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah untukmu,”kata sang raja. Tak lama kemudian ,raja pun pergi.
                Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti permintaan mereka. Karena sibuk menuruti permintaan puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya, karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokannya, rumput liar di cabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning bersikeras mengerjakanya .
                Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adik nya menyapu ,tertawa keras-keras. “Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,”kata seorang diantaranya.”Hai pelayan masih ada kotoran nih!”ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi , kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang terpaksa mematuhi perintah kakak-kakaknya.
                “Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!” kata Puteri Kuning degan marah. “Sudah ah ,aku bosan. Kita mandi di danau saja!” Ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puterinya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hai itu, raja menjadi sangat sedih.” Anakku yang rajin dan baik budi! Ayah mu tak bisa memberi apa-apa selain kalung batu hujau ini. Bukanya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja
                Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. “Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat serasi benar dengan bajuku yang warna kuning,”kata Puteri Kuning dengan lemah lemut.”Yang penting ayah sudah kembali. Akan kubutkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat dengan Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya.”Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!”katanya dengan perasaa  iri.
                “Ayah memberikanya kepadaku, bukan kepada mu.”sahut Puteri Kuning. Mendengarnya Puteri Kuning menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.”Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!” kata Puteri Hijau. Mereka sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya mengangkap dan memukul kepalanya. Tak disangka pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning mininggal. “Astaga kita harus menguburnya!” seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.
                Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana Puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun dian seribu bahasa. Raja sangat marah.” Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!”teriaknya. tentu saja tak ada yang menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih.”Aku ini ayah yang sangat buruk,”katanya. “Biarlah anak-anakku kukirim ketempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!”. Maka ia pun mengirim putri-puterinya untuk bersekolah ke negri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
                Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kuburan Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. “Tanaman apakah ini? Batang nya bagaikan jubah puteri, daunya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini meningatkan ku pada Puteri Kuning. Baiklah kuberi nama ia kemuning.! Kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bukankah, bunga-bunga kemuning bisa didigunakan untuk mengharumkan rambut. Batang nya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah , sedangkan kulit kayunya di buat orang jadi bedak. Setelah mati pun Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.